Kebutuhan Tata Cahaya yang Berkualitas dan Efisien Mengacu SNI 6197:2020 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan

Kebutuhan Tata Cahaya yang Berkualitas dan Efisien Mengacu SNI 6197:2020 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan
Kebutuhan Tata Cahaya yang Berkualitas dan Efisien Mengacu
SNI 6197:2020 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan
 
Ketika kita melakukan kinerja tugas misalnya bekerja di kantor, bekerja di rumah, kita merasakan bahwa cahaya kurang, mata cepat lelah, tingkat error dari pekerjaan yang meningkat, produktifitas menurun, silau dan masih banyak lagi keluhan terkait kondisi pencahayaan ruangan kita. Kondisi pencahayaan yang kita rasakan bisa kurang atau kelebihan dengan istilah lain terjadi polusi cahaya. Tentu hal ini tidak kita inginkan karena akan berakibat pada kenyamanan dalam beraktifitas, produktifitas dan kesehatan kita. Berapa sih sebenarnya kebutuhan tata cahaya yang berkualitas dan efisien untuk mendukung berbagai aktifitas kita? Yuk kita simak tulisan berikut ini.
 
Gambar Pencahayaan di ruang kerja dapat dilihat pada foto (Sumber: Oscar Living 18 Februari 2021)
 
Pencahayaan
Mata dan pikiran kita merespon secara emosional untuk kehadiran cahaya dan menikmati secara intuitif perbedaan jenis atmosfer yang disebabkan karena pencahayaan. Tanpa cahaya hidup serasa hampa dan tidak bermakna. Cahaya sangat diperlukan dalam seluruh aktivitas kehidupan kita baik berupa cahaya alami maupun cahaya buatan. Oleh karenanya tata cahaya yang baik dan sesuai dengan fungsinya dalam hal ini memegang peranan yang penting.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya pencahayaan dibagi menjadi pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
 
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Cahaya matahari/pencahayaan alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan cahaya alami mendapat keuntungan, yaitu: variasi intensitas cahaya matahari, distribusi dari terangnya cahaya, efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan, letak geografis dan fungsi bangunan gedung.
 
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat, memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman, tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja, memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang serta meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi. Tingkat pencahayaan dan renderasi warna dapat dilihat secara lengkap pada SNI 6197:2020.
 
Green Lighting
Green lighting adalah suatu konsep terpadu untuk penghematan energi pada tata pencahayaan atau tata iluminasi. Selama ini penghematan energi pada pencahayaan yang banyak dikenal orang adalah panggantian lampu pijar dengan lampu fluoresen kompak (CFL). lampu LED atau masyarakat umum lebih mengenal dengan sebutan lampu hemat energi (LHE). Suatu pengertian yang sebenarnya kurang tepat, karena penghematan energi listrik pada produk pencahayaan yang sebenarnya adalah peningkatan efikasi atau peningkatan rasio besar cahaya yang dikeluarkan dan daya yang dipergunakan (lumen/watt). Sedangkan definisi Green Lighting itu sendiri adalah penghematan konsumsi daya listrik dan atau penggunaan zat berbahaya sehubungan dengan perubahan iklim (climate change), melalui peningkatan efesiensi tata iluminasi namun dengan tetap mengacu pada kualitas pencahayaan yang baik. Konsep Green Lighting merupakan keterpaduan antara tiga komponen yaitu kebutuhan manusia (kenyamanan visual, mood & atmosfer, kesehatan & keamanan), arsitektur (bentuk, komposisi, style, standard), ekonomi dan lingkungan (instalasi, pemeliharaan, konsumsi energi, lingkungan) untuk memperoleh kualitas pencahayaan yang baik.
 
Kualitas Pencahayaan
Secara umum kualitas pencahayaan adalah tingkat iluminasi yang sesuai dengan kebutuhan manusia yang menggunakan suatu area. Kualitas pencahayaan didefinisikan sebagai tingkat luminous yang diperlukan orang dalam menggunakan ruangan ("Veith and Newsham 1996"). Kebutuhan manuasi akan pencahayaan dapat dikategorikan dalam 6 (enam) pendekatan yaitu: kinerja visual, kinerja lanjutan (membaca, menjahit, menulis), interaksi sosial dan komunikasi, kesehatan dan keselamatan, kondisi kejiwaan (gembira, puas, bersemangat) dan estetika. Adapun pentingnya kinerja atau kualitas pencahayaan meliputi:
Tingkat Pencahayaan yang Sesuai dengan Kegiatan
Tingkat pencahayaan (iluminans) fluks luminus (lumen) yang datang ke permukaan atau hasil bagi antara fluks cahaya dengan luas permukaan yang disinari dinyatakan dalam satuan lux. Tingkat pencahayaan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyulitkan pegawai atau karyawan dalam bekerja dan bisa menyebabkan pegawai atau karyawan kelelahan dan kurang optimal.
 
Kecerahan atau Kontras Obyek
Meskipun dengan tingkat pencahayaan yang sesuai, tetapi jika kecerahannya kurang akan menyebabkan kesulitan. Hal ini dapat diatasi dengan mengatur temperatur warna (Correlated Colour Temperature). Warna cahaya lampu tidak merupakan indikasi terhadap efeknya pada warna obyek, tetapi lebih pada memberikan suasana atau atmosfir. Temperatur warna adalah indikasi satuan warna cahaya dalam satuan Kelvin (K). Temperatur warna memiliki pengaruh (kesan) psikologis terhadap suatu ruang yang ingin diciptakan (dingin dan hangat).
Pemilihan warna cahaya lampu bergantung pada tingkat pencahayaan yang diperlukan.sehingga diperoleh pencahayaan yang nyaman. Semakin tinggi tingkat pencahayaan yang diperlukan maka temperatur warna adalah jenis lampu dengan temperatur warna lampu > 5000 K (daylight), sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman. Sedangkan untuk kebutuhan tingkat iluminasi yang tidak terlalu tinggi, maka warna lampu yang digunakan < 3300 K (warm white).
 
Renderasi Warna Cahaya
Renderasi warna adalah kemampuan suatu sumber cahaya (buatan atau alami) untuk mendefinisikan warna sebenarnya dari suatu objek atau benda. Sumber Cahaya mempunyai kemampuan bervariasi dalam renderasi warnanya. Renderasi warna adalah evaluasi bagaimana penampakan warna obyek di bawah sumber cahaya. Sebagai contoh bayangan merah dapat terrenderasi menjadi merah muda, lebih kuning, lebih terang atau lebih gelap tergantung pada karakteristik iluminasi yang jatuh padanya atau renderasi warna cahaya (Ra) sumber cahaya atau lampu. Renderasi warna atau Colour Rendering Index (CRI) secara lebih mudahnya diartikan sebagai bagaimana warna obyek atau benda jika terkena cahaya. Warna semakin sesuai dengan warna aslinya, berarti lampu tersebut memiliki CRI yang bagus.
 
SNI 6197:2020 Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6197: 2020 merupakan revisi dari SNI 6197:2011. Standar ini disusun oleh Komite Teknis 27-06 dan telah melalui tahap jajak pendapat pada tangga; 15 Oktober sampai dengan 14 Desember 2020 dan telah disetujui oleh BSN menjadi SNI dan ditetapkan pada tanggal 30 Desember 2020 dan dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkan. Standar Komservasi Energi pada Sistem Pencahayaan ini merupakan pemutakhiran dan penyempurnaan dari SNI 6197 dengan judul yang sama yang diterbitkan sebagai edisi pertama pada tahun 2000 dan edisi kedua pada tahun 2011. Pemutakhiran dan penyempurnaan dilakukan dengan menggunakan data tingkat efikasi lampu yang ada saat ini. Revisi meliputi perubahan nilai – nilai yang direkomendasikan serta penyempurnaan desain perancangan dengan mengikuti perkembangan teknologi pencahayaan.
 
Dua faktor kunci dalam konservasi energi energi sistem pencahayaan adalah pertama, tingkat pencahayaan yang direkomendasikan dalam suatu ruangan, kedua, densitas daya lampu maksimum yang ditetapkan sebagai kondisi perancangan.
Tingkat Pencahayaan dan Renderasi Warna
Tingkat pencahayaan dan renderasi warna dapat dilihat secara lengkap pada SNI 6197:2020.
 
Densitas Daya Lampu
Perhitungan densitas daya lampu maksimum dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu:
Metode bangunan yang disederhanakan
Metode bangunan yang disederhanakan adalah untuk menghitung densitas daya lampu maksimum untuk sistem pencahayaan interior dan eksterior.
 
Digunakan untuk menghitung konsumsi energi lampu dengan luas lantai kotor (gross) untuk setiap jenis ruangan
Nilai rerata densitas daya lampu bangunan tersebut merupakan nilai rerata dari gabungan jenis ruangan
Densitas daya lampu maksimum dengan metode bangunan yang disederhanakan dapat dilihat pada SNI 6197:2020
 
Metode bangunan yang disederhanakan
Metode perhitungan yang nilai akhirnya adalah fleksibel sesuai bentuk dan volume ruangan
 
Setiap ‘ruang’ merupakan ruang dengan pembatas (partisi setinggi 80%) dan dapat dibagi lagi menjadi bagian ruangan yang lebih kecil
 
Area yang dihitung adalah area netto, dengan garis tengah dinding (interioraaa0 atau permukaan luar (eksterior)
 
Nilai densitas daya lampu dapat bertambah apabila ada interior tambahan atau ketinggian ruangan dan dikoreksi berdasarkan indeks ruang (K)
 
K=(2,5x Tinggi rongga ruangan x Panjang perimeter ruangan)/(Luas ruangan)
 
dengan
 
K = indeks ruang
Tinggi rongga ruangan = inggi pemasangan luminer – tinggi bidang kerja
 
Jika ketinggian ruangan lebih besar dari jenis ambang RCR yang tercantum di ASHRAE, peningkatan LPD sebesar 20% untuk ruang itu masih diperbolehkan
 
Untuk ruang koridor/transisi, penambahan nilai densitas daya lampu diperbolehkan untuk ruang dengan lebar kurang dari 2,5 m dengan mengabaikan faktor RCR
 
Densitas daya lampu maksimum dengan metode ruang demi ruang dapat dilihat pada SNI 6197:2020
 
Demikian secara singkat ulasan mengenai kriteria sistem pencahayaan yang memenuhi kualitas dan efisien sehingga mendukung produktivitas dan kenyamanan kita dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari yang mengacu pada SNI 6197:2020. Semoga bermanfaat. Apabila ada pertanyaan atau hal – hal yang kurang jelas silakan berkirim email. #Stay Safe, Stay Healthy.
 
Oleh Endang Widayati
PPSDM KEBTKE
endangwidayati4@gmail.com
Mungkin gambar Sunarti Daryadi dan kerudung