Menuju NZE 2060, BPSDM ESDM Gelar Seminar Transisi Energi di Sektor Ketenagalistrikan
Sebagai bagian dari rangkaian acara menuju Human Capital Summit 2025, BPSDM ESDM melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) menyelenggarakan seminar bertajuk "Transisi Energi Menuju NZE 2060 di Sektor Ketenagalistrikan: Kebijakan, Infrastruktur, dan SDM untuk Masa Depan Berkelanjutan”, pada Rabu (30/10-2024). Acara yang bertempat di Gedung Widjajono Partowidagdo BPSDM ESDM ini dibuka oleh Kepala BPSDM ESDM, dengan Keynote Speaker dari Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan serta para narasumber dari Bappenas, Ditjen Ketenagalistrikan, Ditjen EBTKE, Indonesia Power, dan PT PLN (Persero).
Dalam sambutannya, Kepala BPSDM ESDM Prahoro Nurtjahyo menekankan bahwa seminar ini merupakan langkah nyata BPSDM ESDM dalam menjawab tantangan SDM di bidang energi untuk masa depan. “Pada puncak acara Human Capital Summit 2025 di bulan Juni 2025, kita berharap sudah memiliki jawaban terkait kebutuhan tenaga kerja di bidang energi, termasuk proyek-proyek energi yang akan dilaksanakan,” jelas Prahoro.
Kebutuhan tenaga kerja pada sektor pekerjaan hijau terus meningkat tiap tahun. Bappenas memperkirakan ekonomi hijau yang berkaitan erat dengan transisi energi dapat menciptakan 15,3 juta pekerjaan baru hingga tahun 2045. Pemerintah, melalui Kementerian ESDM, telah menyiapkan berbagai kebutuhan kompetensi bagi SDM yang bekerja di sektor hijau, di antaranya dengan Perpres No. 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.
Prahoro menambahkan bahwa koordinasi antar-stakeholder terkait sangat penting, terutama dalam penyampaian rencana pengembangan sektor energi dan sumber daya mineral sebagai dasar kebijakan pengembangan SDM. “Terkait sektor energi, Kementerian ESDM harus menjadi leading sector yang memberikan panduan penggunaan sumber daya. Saat ini kita belum memiliki kebijakan pengembangan SDM sektor energi yang komprehensif. Melalui kegiatan ini, yang melibatkan para pemangku kepentingan, industri, dan akademisi, diharapkan bisa memberikan arahan dalam penyusunan kebijakan,” lanjutnya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Ida Nuryatin Finahari, sepakat bahwa SDM berperan penting dalam mendukung transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. “Untuk mendukung transisi energi, dibutuhkan SDM yang kompeten dan handal. Pemerintah telah menyiapkan strategi dengan menerapkan Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan (SKTTK),” jelas Ida.
Indonesia saat ini memiliki tenaga teknik ketenagalistrikan bersertifikat kompetensi yang tersebar di seluruh wilayah. Hingga 31 September 2024, tercatat 226.011 sertifikat kompetensi telah diterbitkan dan 144.055 tenaga teknik ketenagalistrikan tersertifikasi.
Kebutuhan listrik Indonesia diproyeksikan meningkat dari 322 TWh pada 2021 menjadi 578 TWh pada 2030 dan 1.942 TWh pada 2060. Emisi sektor ketenagalistrikan diperkirakan akan meningkat dari 243 juta ton CO2e pada 2022 menjadi 340 juta ton CO2e pada 2030. Puncak emisi diproyeksikan mencapai 401 juta ton CO2e pada 2037 sebelum akhirnya menurun hingga mencapai Zero Emission pada 2060. Kebijakan, infrastruktur, dan SDM merupakan komponen utama dalam mencapai transisi energi yang bersih dan berkelanjutan.